Senin, 27/02/2012 14:31 WIB
Ilustrasi (Ist.)
Sebagaimana diketahui Ubuntu adalah sistem operasi untuk desktop baik di rumah, sekolah, lab maupun kantor. Sedangkan Android adalah sistem operasi (yang biasa dijumpai) pada tablet, telepon genggam, jam tangan, hingga board ski.
Nah, Ubuntu for Android adalah sebuah sistem yang menghadirkan Android dan Ubuntu sehingga pengguna dapat menggunakan Ubuntu dari handphone Android hanya melalui monitor.
Namun, tidak hanya itu. Ubuntu for Android ini bukan sekedar mengakses Ubuntu dari Android melainkan menggabungkan keduanya ke dalam satu sistem operasi yang terpadu, seirama dan berjalan secara simultan. Ini adalah kolaborasi dua produk besar dan ternama dari dunia open source yang membuat kita terkagum.
Nyata sekali dan tidak dapat dipungkiri bahwa sifat open source yang ada pada kedua produk inilah yang menjadikan semuanya serba mungkin. Sifat terbuka dari kode sumber ini membuat developer paham akan isi masing-masing produk.
Dengan pahamnya isi produk maka akhirnya mereka mampu menyisipkan beberapa baris kode untuk menjadikan penyatuan ini mungkin. Jika salah satu bukan produk open source, apakah penyatuan ini tidak mungkin dilakukan? Mungkin, tentu saja.
Namun, akan memerlukan waktu yang jauh lebih lama dari yang dapat kita bayangkan. Dan pada akhirnya bisa menjadi tidak mungkin.
Katak Dalam Tempurung
Jangan jadi katak dalam tempurung, begitu bunyi pepatah kuno yang kita pelajari dulu sewaktu kecil. Dari sini kita belajar bahwa menjadi manusia yang cuma begitu-begitu saja itu tidak cukup baik. Harus mau membuka diri dan terbuka sehingga pada akhirnya belajar dan menemui banyak hal.
Ketika kita mulai membuka diri, ada saja sesuatu yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bisa tersenyum kala melihat kelucuan tingkah pengguna jalan, misalnya. Berkenalan hingga akhirnya akrab dengan seorang pujangga, mungkin. Mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Atau mungkin juga mendapatkan pasangan baru yang akan menjadikan hidup lebih berwarna. Ehm..
Begitu juga halnya dengan membuka kode sumber sebuah produk kepada publik. Dari sebuah produk yang, katakanlah cukup sempurna, bisa saja akhirnya hadir turunan produk dengan fitur lain yang belum pernah dipikirkan.
Mungkin juga akan hadir add-on atau plugin yang menjadikan produk lebih berkualitas. Atau bisa juga akhirnya produk ini menjadi lebih sempurna dan lebih berharga untuk pengguna maupun pembuatnya. Semuanya serba mungkin.
Tanpa disadari, menjadikan sebuah produk sebagai open source juga telah membuat kompetisi menjadi lebih hidup. Kode sumber yang dapat diakses oleh siapa saja dan keterbukaan untuk menjadikannya lebih baik menjadikan semuanya ikut andil dan berlomba untuk menjadikannya lebih baik. Semuanya berlomba untuk berkontribusi.
Ada yang dengan niat mengasah pengetahuan dan kemampuan. Ada yang cuma sekadar mengisi waktu luang. Ada juga yang mungkin berharap namanya akan tercatat dalam sejarah.
Ada banyak bukti yang bisa disebutkan dari produk open source yang menjadi lebih baik, baik produk maupun pengembangnya. Sebut saja Apache, Firefox, OpenOffice, MySQL, GIMP, Audacity, FileZilla, dan masih banyak lagi.
Semuanya berinovasi dan berkembang dengan pesat serta lebih cepat -- bahkan kadang dari yang dibayangkan sebelumnya. Pada akhirnya, banyak produk yang berbondong-bondong menyusul menjadi open source. Ada webOS dari HP, YSlow dari Yahoo!, HijackThis dari Trend Micro dam sensor HAL dari Sony.
Open source pada kenyataannya membuat semua pihak menang dan menjadi lebih baik. Toh, pada hakekatnya kita semua ingin membuat dunia ini menjadi lebih baik.
Mengutip sebuah kalimat dari orang bijak yang saya dengar ketika mengikuti Pramuka waktu sekolah dulu, banyak kepala itu lebih baik dari satu kepala saja.
Sumber : http://detikinet.com/
0 komentar:
Posting Komentar
Baca artikel lainnya juga ya.. Kalau Sempat, tinggalkan komentar .